ADAPTASI BUDAYA ANAK RANTAU DI
MAKASSAR
DI SUSUN OLEH
DEVI SASMITA
VIDYA SARI NUR FAIDAH
PPKn. C 2015
PENDIDIKAN PANCASILA dan
KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADDIYAH MAKASSAR
2018
A.
Latar
Belakang
Kehidupan manusia tidak terlepas dari
perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut antara
lain perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologis, serta lingkungan sosial.
Terjadinya perubahan-perubahan tersebut menyebabkan seluruh makhluk hidup
termasuk manusia perlu melakukan penyesuaian dengan lingkungannya agar dapat
mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhan hidup yang diperlukan. Penyesuaian
diri terhadap perubahan lingkungan ini dinamakan suatu tindak adaptasi. Adaptasi
ialah kemampuan dari makhluk hidup untuk dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya, dengan sebuah tujuan untuk bertahan hidup.
Ada juga
pengertian dari adaptasi yang lainnya yakni ialah sebuah cara yang dilakukan
organisme (makhluk hidup) agar dapat mengatasi tekanan dari lingkungannya
dengan sebuah tujuan agar mempertahankan hidup. Manusia sebagai penghuni bumi, bukan hanya bertempat tinggal, tetapi
mencakup berbagai hal, seperti mempertahankan diri dan meningkatkan taraf
hidupnya baik secara individu maupun secara berkelompok. Adaptasi manusia
terhadap lingkungannya berbeda dengan adaptasi tumbuhan dan hewan. Adaptasi
manusia lebih terlihat pada perubahan perilaku dan budayanya sebagai respons
yang tepat terhadap tantangan dari lingkungannya.
Adaptasi pada manusia di muka bumi dengan kondisi lingkungan yang berbeda
akan menimbulkan bentuk adaptasi yang berbeda pula, misalnya cara berpakaian,
bermata pencaharian, berbahasa, dan sebagainya. Secara keseluruhan adaptasi itu
akan membentuk pola-pola kebudayaan yang berbeda- beda yang tersebar di
permukaan bumi, sehingga membentuk wilayah kebudayaan (cultural region).
B.
Langkah-langkah
Pembelajaran
1. Mengamati
Pengamatan
yang kami lakukan ialah, di sekitar
kampus biru unismuh Makassar dengan mengambil sample beberapa teman kami yang merupakan anak rantau dari daerah
ke kota Makassar.
2. Menanya
Melakukan
wawancara kepada beberapa teman yang ada di sekitar kampus, maupun teman dari
kelas. Tentang adaptasi budaya anak rantau di Makassar dengan pertanyaan
sebagai berikut :
a. Bagaimana
cara anda beradaptasi di lingkungan baru kota Makassar ?
b. Adakah
perbedaan budaya dari daerah anda dan lingkungan baru di kota Makassar yang
membuat anda sulit beradaptasi ?
3. Mengumpulkan
Data
a. Wawancara
1) Narasumber
: atas nama Andi Nutfah Neweera Adam. Mahasiswi jurusan Sosiologi semester 6
ini adalah anak rantau dari daerah Sengkang. Awalnya sangat sulit beradaptasi
dengan lingkungan baru yang jelas-jelas berbeda seratus delapan puluh derajat
dari yang dibayangkannya. Mahasiswi yang biasa disapa Uppa ini, butuh waktu
yang tidak sebentar agar benar-benar beradaptasi di kota Makassar. Bahkan awal
menjadi maba saja dia mengaku sangat canggung, khawatir dan gugup yang
berlebihan. Sebagai orang bersuku bugis, Uppa kurang lancar dalam berbahasa
Indonesia ketika pertama kali bersosialisasi di Makassar, ia kebanyakan diam
dan hanya bertanya jika dia merasa harus menanyakannya. Orang-orang Makassar
cnderung terbuka menurutnya, tapi hal itu berbeda dengan kepribadian dirinya
yang sedikit kaku.
2) Narasumber
: Nurul Hidayani. Mahasiswi jurusan akuntansi ini, mengatakan pernah saja
dirinya hampir menyerah dengan lingkungan barunya. Bagaimana tidak, sebab
dirinya tidak mudah beradaptasi dengan orang-orang kota. Dirinya merasa minder
sebab takut bila dikatakan orang kampung. Menurutnya orang Makassar sedikit
terbuka sampai-sampai dirinya menganggap mereka cukup kasar dalam berbicara. Kesulitan
yang dia hadapi selain dari segi bahasa, karena dia sewaktu di Bulukumba lebih
aktif berbicara bugis ketimbang bahasa Indonesia. Banyak makanan khas daerahnya
yang dia rindukan tapi di Makassar tak mudah menemukannya, dia juga kurang
pandai memasak. Pernah dirin ya mengikuti suatu seminar, yang memperlihatkan
tari-tarian Makassar yang menurutnya tidak begitu berbeda dengan tarian
Bulukumba, dia merasa lumayan terhibur.
3) Narasumber
: atas nama Maya Abdul Aziz. Menurutnya cara yang tepat untuk beradaptasi di
kota Makassar ialah, dengan harus ikhlas menerima kenyataan bahwa dirinya
memang harus melewati tahap ini. Dia berbaur dengan siapa saja walau masih ada
kendala bahasa yang kurang dimengertinya, tapi memang seperti itulah keharusan
kita sebagai manusia yaitu belajar dan terus belajar. Dia juga mengaku sering
mengikuti seminar-seminar dari kampus lain dan menjelalajahi kota Mkassar
bersama teman-teman yang memang berdomisili di Makassar agar bila ada yang
kurang dipahaminya, dirinya hanya perlu menanyakan kepada temannya. Perbedaan
budaya Barru dengan Makassar memang terlihat cukup jelas baginya, seperti
bahasa, cara berpakaian, awal maba dirinya merasa sangat culun dalam
berpakaian, berbeda dengan orang-orang kota, dari kesenian, dirinya pun megakui
budaya Makassar yaitu mereka terbuka dan sedikit agak pamer menurutnya tapi
begitulah tak ada yang salah baginya.
4) Narasumber
: katakanlah namanya WH. Mahasiswi jurusan Bahasa Inggris semester 6 ini
mengatakan bahwa dirinya lahir di daerah tapi dia tumbuh besar di Makassar. Pernah
SD sampai kelas 5 lalu pindah ke kampung halaman membuatnya perlahan namun
pasti, berubah cara berbicara dan logatnya setelah cukup lama berada di daerah.
Setelah lulus SMP dirinya melanjutkan SMA di Makassar dan merasa familiar
dengan cara orang-orang kota Makassar bercakap karena dirinya pernah tumbuh di
kota Makassar. Hanya saja dia baru menyadari bahwa ternyata budaya dalam berbicara
di kota, sedikit lebih agresif ketimbang di daerah. Pernah suatu hari, dia
ditegur karena cara berbicaranya yang terbalik menurut teman-temannya di SMA,
semenjak itu dirinya terus berbaur dengan teman seadanya karena dia termasuk
tipikal orang yang pemalu, kaku atu tak mungkin mengajak bicara lebih dulu. Berbeda
dengan teman-teman kelasnya yang lancar berbicara dengan lantang, dia hanya
menjadi pengamat, memperhatikan bagaimana mereka berucap, apa arti dari kata
itu, dan memperhatikan cara mereka beretika. Tak banyak kendala yang
dijumpainya, karena hidup memang seperti ini, banyak budaya di luar sana dengan
berbagai macam karakter manusia.
b. Dokumentasi
4. Menganalisis
Data
Hasil
dari penelitian ini, kami menarik kesimpulan bahwa setiap daerah memiliki
budayanya masing-masing. Kita harus tau bahwa di luar sana masih banyak lagi
budaya yang harus kita ketahui. Dunia ini kecil tapi tak sekecil yang kita
kira, bila kita melangkah keluar dari zona nyaman, maka kita akan mendapati
bahwa dunia ini sangat luas, dngaan berbagai budaya,tradisi, pemahaman dan
karakteristik setiap orang, setiap tempat memilki ciri khasnya sendiri. Namun
lagi-lagi bahasa menjadi problem
teratas diantara semua ini. Tapi solusinya yah kita harus terus belajar,
belajar dan belajar untuk dapat mengatasi suatu problem agar kita dapat saling berpikir dari sudut pandang lain.
dafabet | Situs Judi Slot Online dan Judi Online
BalasHapusDaftar, Situs Judi Slot dafabet Online Resmi, Slot Online, Agen Judi Bola, 바카라 사이트 Live Casino, Slot88, JV Games, Slot Online, Joker123. Kami gioco digitale juga kami.