Sabtu, 07 April 2018


      Keberagaman Budaya dalam lingkungan kost
Pondok Al-mubaroqah



OLEH  :
KELOMPOK
HASMIAH
DEVI SASMITA
VIDYA SARI NF
PPKn C 015

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018


       A.    Latar Belakang
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni., sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya terbentuk dari beberapa unsur, salah satu yang kami akan amati adalah adat istiadat yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagaimana kita ketahui bahwa di Sulawesi selatan memiliki banyak keragaman suku dan budaya. Kita ketahui ada empat suku yang ada di Sulawesi selatan yaitu makassar,  bugis, mandar, dan toraja.
Keragaman budaya yang ada di Sulawesi selatan khususnya di pondok Al-mubaroqah jalan daeng tata V Parang Tambung, Tamalate, kota Makassar dihuni oleh mahasiswi-mahasiwi yang berasal dari berbagai daerah di Sulawesi selatan dengan latar belakang budaya yang berbeda. Adapun asal daerahnya yaitu bone, takalar, je’ne ponto, soppeng,
      B.     Langkah- langkah pembelajaran
1.      Mengamati
Pengamatan yang kami lakukan tempatnya di sebuah kost yang dinamakan Pondok Al-mubaroqah. Kami mengamati realitas sosial kehidupan budaya yang ada di daerahnya masing-masing.  
2.      Menanya
Melakukan wawancara kepada setiap penghuni kamar tentang budaya adat isitadat yang di daerah mereka masing-masing. sehari-hari yang mereka gunakan. Berikut rumusan pertanyaannya?
a.       Apakah di daerah anda masih berlaku sistem adat?
b.      Apakah ada tradisi khas di daerah anda ketika memperingati hari besar?
3.      Mengumpulkan data
Jenis pengumpulan data yang kami lakukan ada tiga, yaitu:
a.       Wawancara
1)        Narasumber:  mahasiswi UNM jurusan Pendidikan Matematika atas nama A. winatasasmita, asal daerah Bone. Mengatakan bahwa terdapat budaya khas daerah bone yang selalu ada disetiap perayaan besar, masyarakat bone menamakan “mangngosong”. Tradisi mangngosong merupakan kegiatan yang hampir sama seperti angngaru namun menggunakan bahasa bugis dan dilakukan oleh dua orang laki-laki dengan memakai songkok racca dan baju jas tutu. Selain itu, mangngosong selalu dilakukan bersamaan dengan penampilan tari paddupa.
2)        Narasumber: mahasiswi UNM jurusan Pendidikan Bhs. Inggris atas nama Suci Amelia, asal daerah Soppeng. Mengatakan bahwa terdapat budaya khas daerah Soppeng yang selalu dilakukan pada saat pesta panen, masyarakat Soppeng menamakan “mappadendang”. Tradisi mappadendang merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dengan menggunakan tongkat dan lesung. Caranya diketuk-ketuk, kebiasaan mappadendang dilakukan setiap hasil panen masyarakat  berhasil atau jika masyarakat tersebut memiliki nasar. Zaman dulu pakaian yang dipakai melakukan mappadendang  pada perempuan memakai baju bodo dan laki-laki memakai jas, namun saat ini pakaian yang digunakan tidak lagi demikian. Baju yang digunakan oleh perempuan yaitu kebaya dan bagi laki-laki memakai baju kemeja. Selain itu tradisi mappadendang juga dirangkaikan dengan menari dan atraksi memakai tongkat.
3)        Narasumber: mahasiswi UNM jurusan Pendidikan Biologi atas nama Afra Taufiqah asal daerah Maros. Mengatakan terdapat budaya khas daerah Maros yang selalu ada disetiap perayaan pernikahan bagi keturunan puang atau karaeng yakni adanya pasukan berkuda dengan pakaian yang khas serta pengikat kepala yang dinamakan passapu yang mengiringi kedua mempelai.
4)        Narasumber: mahasiswi UNM jurusan Pendidikan Biologi atas nama Dewi Anggita asal daerah Takalar. Mengatakan terdapat budaya khas daerah Takalar dalam memperingati hari maulid Nabi Muhammad SAW yang selalu diselenggarakan secara besar-besaran yang dihadiri pejabat serta masyarakat takalar. Masyarakat menyebutnya dengan nama “Ma’udu Lompoa” yang artinya maulid besar. Ma’udu Lompoa terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan yakni melombakan perahu yang diisi dengan hidangan makanan khas berupa nasi pamatara (setengah matang) beserta lauk  pauknya yang didominasi ayam kampong dan telur warna-warni serta hiasan kain khas Sulawesi beraneka warna juga aksesoris lainnya. Perahu-perahu tersebut akan diarak disungai cikoang, saat perahu telah sampai ditepi sungai maka masyarakat akan saling berebut makanan dalam perahu tersebut sebab masyarakat menganggap bahwa makanan tersebut akan mendatangkan berkah.
b.      Dokumentasi

                                 Narasumber daerah Bone     Narasumber daerah Soppeng

                                 Nartasumber daerah Takalar         Narasumber daerah Maros


4.      Menganalisis data
Hasil dari penilitian ini, kami menarik kesimpulan bahwa setiap daerah pasti memiliki tradisi dan budaya yang yang berbeda-beda. Masing-masing tradisi tersebut selalu dirayakan dengan cara yang berbeda-beda juga. Itu sebabnya kenapa Indonesia dikenal dengan keaneka ragaman budayanya. Bahkan perayaan tradisi-tradisi itu bisa menjadi salah satu agenda wisata yang mengundang banyak turis local dan manca Negara untuk datang dan melihat langsung perayaan tradisi tersebut.



1 komentar:

KESETARAAN GENDER DALAM DUNIA PENDIDIKAN (LINGKUNGAN KAMPUS UNISMUH MAKASSAR) OLEH DEVI SASMITA 10543001761...