Keberagaman Budaya dalam lingkungan kost
Pondok
Al-mubaroqah
OLEH :
KELOMPOK
HASMIAH
DEVI SASMITA
VIDYA SARI NF
PPKn C 015
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
A. Latar
Belakang
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni., sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya
terbentuk dari beberapa unsur, salah satu yang kami akan amati adalah adat
istiadat yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagaimana kita ketahui bahwa di
Sulawesi selatan memiliki banyak keragaman suku dan budaya. Kita ketahui ada
empat suku yang ada di Sulawesi selatan yaitu makassar, bugis, mandar, dan toraja.
Keragaman
budaya yang ada di Sulawesi selatan khususnya di pondok Al-mubaroqah jalan
daeng tata V Parang Tambung, Tamalate, kota Makassar dihuni oleh
mahasiswi-mahasiwi yang berasal dari berbagai daerah di Sulawesi selatan dengan
latar belakang budaya yang berbeda. Adapun asal daerahnya yaitu bone, takalar,
je’ne ponto, soppeng,
B.
Langkah- langkah pembelajaran
1.
Mengamati
Pengamatan yang kami
lakukan tempatnya di sebuah kost yang dinamakan Pondok Al-mubaroqah. Kami
mengamati realitas sosial kehidupan budaya yang ada di daerahnya masing-masing.
2.
Menanya
Melakukan wawancara
kepada setiap penghuni kamar tentang budaya adat isitadat yang di daerah mereka
masing-masing. sehari-hari yang mereka gunakan. Berikut rumusan pertanyaannya?
a.
Apakah di daerah anda masih berlaku
sistem adat?
b.
Apakah ada tradisi khas di daerah anda
ketika memperingati hari besar?
3.
Mengumpulkan data
Jenis pengumpulan data
yang kami lakukan ada tiga, yaitu:
a. Wawancara
1)
Narasumber: mahasiswi UNM jurusan Pendidikan Matematika atas
nama A. winatasasmita, asal daerah Bone. Mengatakan bahwa terdapat budaya khas
daerah bone yang selalu ada disetiap perayaan besar, masyarakat bone menamakan
“mangngosong”. Tradisi mangngosong merupakan kegiatan yang
hampir sama seperti angngaru namun
menggunakan bahasa bugis dan dilakukan oleh dua orang laki-laki dengan memakai
songkok racca dan baju jas tutu. Selain itu, mangngosong selalu dilakukan bersamaan dengan penampilan tari
paddupa.
2)
Narasumber: mahasiswi UNM jurusan Pendidikan
Bhs. Inggris atas nama Suci Amelia, asal daerah Soppeng. Mengatakan bahwa
terdapat budaya khas daerah Soppeng yang selalu dilakukan pada saat pesta
panen, masyarakat Soppeng menamakan “mappadendang”.
Tradisi mappadendang merupakan suatu
kebiasaan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dengan menggunakan tongkat
dan lesung. Caranya diketuk-ketuk, kebiasaan mappadendang dilakukan setiap hasil panen masyarakat berhasil atau jika masyarakat tersebut
memiliki nasar. Zaman dulu pakaian yang dipakai melakukan mappadendang pada perempuan
memakai baju bodo dan laki-laki memakai jas, namun saat ini pakaian yang
digunakan tidak lagi demikian. Baju yang digunakan oleh perempuan yaitu kebaya
dan bagi laki-laki memakai baju kemeja. Selain itu tradisi mappadendang juga dirangkaikan dengan menari dan atraksi memakai
tongkat.
3)
Narasumber: mahasiswi UNM jurusan
Pendidikan Biologi atas nama Afra Taufiqah asal daerah Maros. Mengatakan
terdapat budaya khas daerah Maros yang selalu ada disetiap perayaan pernikahan
bagi keturunan puang atau karaeng yakni adanya pasukan berkuda dengan pakaian
yang khas serta pengikat kepala yang dinamakan passapu yang mengiringi kedua
mempelai.
4)
Narasumber: mahasiswi UNM jurusan
Pendidikan Biologi atas nama Dewi Anggita asal daerah Takalar. Mengatakan
terdapat budaya khas daerah Takalar dalam memperingati hari maulid Nabi
Muhammad SAW yang selalu diselenggarakan secara besar-besaran yang dihadiri
pejabat serta masyarakat takalar. Masyarakat menyebutnya dengan nama “Ma’udu Lompoa” yang artinya maulid
besar. Ma’udu Lompoa terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan yakni melombakan
perahu yang diisi dengan hidangan makanan khas berupa nasi pamatara (setengah
matang) beserta lauk pauknya yang
didominasi ayam kampong dan telur warna-warni serta hiasan kain khas Sulawesi
beraneka warna juga aksesoris lainnya. Perahu-perahu tersebut akan diarak
disungai cikoang, saat perahu telah sampai ditepi sungai maka masyarakat akan
saling berebut makanan dalam perahu tersebut sebab masyarakat menganggap bahwa
makanan tersebut akan mendatangkan berkah.
b. Dokumentasi
Nartasumber daerah Takalar Narasumber daerah Maros
4.
Menganalisis data
Hasil dari penilitian
ini, kami menarik kesimpulan bahwa setiap daerah pasti memiliki tradisi dan
budaya yang yang berbeda-beda. Masing-masing tradisi tersebut selalu dirayakan
dengan cara yang berbeda-beda juga. Itu sebabnya kenapa Indonesia dikenal
dengan keaneka ragaman budayanya. Bahkan perayaan tradisi-tradisi itu bisa
menjadi salah satu agenda wisata yang mengundang banyak turis local dan manca
Negara untuk datang dan melihat langsung perayaan tradisi tersebut.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus